Terkait dengan perbincangan media sosial bahkan perbincangan masyarakat imbas pemberitaan media mainstream tentang Megathrust, Koordinator Nasional My Home Indonesia, Pendeta Dr Daniel Pandji M.A. D.hum (HC) mengungkapkan perlunya serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana gempa bumi megathrust baik melalui edukasi penyadaran dan peningkatan kemampuan. Hal tersebut diungkapkannya di Office Secretariat My Home Indonesia, Ruko Gading River View, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Selasa, 27 Agustus 2024.
Diawal wawancara ini, terlebih dahulu Daniel Pandji mensinkronkan pengertian kata Megathurst, agar terjadi kesamaan pengertian. Menurutnya megathrust adalah gempa bumi berukuran sangat besar yang terjadi di zona subduksi. Zona Subduksi yaitu wilayah di mana salah satu lempeng tektonik Bumi terdorong ke bawah lempeng tektonik lainnya.
“Kedua lempeng yang terus-menerus bergerak maju satu sama lain dan saling bersentuhan, menyebabkan penumpukan regangan melebihi gesekan antara dua lempeng dan terjadilah gempa megathrust yang besar” ujar Daniel menjelaskan berdasarkan informasi yang dirinya himpun dari BMKG dan Jurnal-Jurnal Ilmiah.
Megathrust yang terjadi di dasar laut akan menyebabkan wilayah yang berada di sekitar pusat megathrust berpotensi terhadap bahaya tsunami pasca pergerakan antara dua atau lebih lempeng tektonik. Megathrust lebih dikenal sebagai gempa tektonik dengan skala yang besar atau tinggi.
“Selain itu Indonesia berada di Ring of Fire karena posisinya berada di Cincin atau Lingkar Api Pasifik sampai California merupakan rangkaian gunung berapi yang membentang hampir sepanjang 40.250 km dengan 450 Gunung berapi aktif. Ya Posisi Indonesia memang penting, bahkan berdasarkan Buku Arysio Nunes dos Santos, Ph.D seorang Fisikawan Nuklir dan Ahli Geologi Brasil, bahwa Indonesia merupakan Atlantis yang hilang” jelas DP panggilan akrab Daniel Pandji.
Ditambahkan DP, dengan berada di area Ring Of Fire, Indonesia terbentuk tiga barisan utama gunung berapi dari Sistem Sunda, Sistem Busur Tepi Asia, dan Sistem Sirkum Australia. Serta berada di dua jalur pegunungan dunia Sirkum Meditrania dan Sirkum Pasifik. Maka Indonesa terdapat zona-zona gempa Megathrust diantaranya :
Megathrust Aceh-Andaman (M 9,2)
Megathrust Nias-Simeulue (M 8,9)
Megathrust Batu (M 8,2)
Megathrust Mentawai-Siberut (M 8,7)
Megathrust Mentawai-Pagai (M 8,9)
Megathrust Enggano (M 8,8)
Megathrust Selat Sunda-Banten (SSB) (M 8,8)
Megathrust Jawa Barat (M 8,8)
Megathrust Jawa Tengah-Jawa Timur (M 8,9)
Megathrust Bali (M 9,0)
Megathrust NTB (M 8,9)
Megathrust NTT (M 8,7)
Megathrust Laut Banda Selatan (M 7,4)
Megathrust Laut Banda Utara (M 7,9)
Megathrust Utara Sulawesi (M 8,5)
Megathrust Lempeng Laut Filipina (M 8,2).
Dengan fakta tersebut, Daniel Pandji menyatakan bahwa Kita harus bijak dan berhikmat dengan tetap terus melakukan persiapan. Untuk saling menenangkan dan terus berdoa agar kiranya bangsa maupun dunia Internasional terhindar dari bencana. Serta berharap adanya perbaikan dari system Early Warning yang berdasarkan pengalaman bencana Jepang, terbukti mengurangi atau meminimalkan korban .
Sebelum Isu Megathrust 2024, dirinya sudah melakukan pelatihan / tranining tentang upaya-upaya menghindari, mengurangi, meminimalkan dampak gempa. Misalnya pelatihan harus melakukan apa ketika terjadi gempa, mengenali jalur evakuasi, mencatat nomor-nomor telepon penting, menyiapkan P3K, makanan instant, menyetok selimut, baju dsb. Upaya tersebut dirangkum dalam suatu kegerakan Lumbung Yusuf untuk membantu penyintas (survivor) bencana.
“Lumbung Yusuf melakukan perencanaan, merespon maupun pemulihan. Baik pada sebelum bencana terjadi, saat bencana terjadi, setelah bencana dan pemulihan, penyembuhan, perbaikan dan rehabilitasi. Sudah diaktualisasikan dan diadaptasi dalam jaringan Lumbung Yusuf seperti Lumbung Yusuf Mentawai, Lumbung Yusuf Sidoarjo, Lumbung Yusuf Papua dan sebagainya” pungkas pria kelahiran Bandung, 62 tahun lalu, menjelaskan tentang Gerakan Lumbung Yusuf.
Ditekankan lagi oleh Daniel Pandji bahwa Lumbung Yusuf adalah upaya peran serta umat Tuhan bagi bangsa Indonesia untuk menghadirkan kasih dengan memberikan bantuan pelatihan. Lumbung Yusuf sudah lahir dari tahun 2002 dan merupakan aktualisasi yang dijalankan atas visi yang diberikan oleh Tuhan dalam hati dan pikirannya.
“Pada tahun 2002 ketika Saya menangkap visi tersebut, Tuhan memberikan beban di hati Saya untuk mendirikan suatu gerakan yang tidak sekedar berdoa tetapi menolong masyarakat yang dalam kesusahan dan kesulitan. Gerakan ini disebut Lumbung Yusuf Indonesia, suatu gerakan nasional yang tidak melembaga tetapi memberikan motivasi agar gereja bersatu secara korporat untuk menyelamatkan lingkungan atau wilayah ketika bencana atau krisis terjadi” jelas Daniel Pandji kepada tim Redaksi MHI.
Tidak hanya Lumbung Yusuf sudah bersumbangsih membantu dengan memberikan bantuan terhadap korban bencana didalam negeri seperti Nias, Jogja, Merapi, Porong, Cianjur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Padang, Nabire, Mentawai. Tetapi juga sudah menyalurkan kepada korban bencana luar negeri seperti bencana Gempa Bumi di Turki, Typhoon di Filipina.
“Di balik setiap peristiwa, bencana atau krisis, Tuhan rindu ada umat Tuhan yang bangkit untuk menolong, merawat, memelihara, menjaga dan menyelamatkan secara rohani dan jasmani. Sebagaimana yang digambarkan dalam Alkitab mengenai kisah orang Samaria yang baik hati yang rela menolong seseorang yang terkapar dan sekarat karena disiksa dan dirampok” imbuh Daniel Pandji mengakhiri wawancara.
Penulis : Suleman
Editor : Mario